Kebudayaan Masyarakat di Jaman Modern Yang Meresahkan
Kebersamaan yang Terrampas
(Opini Penulis)
Dengan
memiliki alat tersebut, kita dapat mengklaim penuh bahwa, “I have the World at
my Hand”. Kita beranggapan bahwa kita sudah dapat menggenggam dunia ini.
Melalui alat tersebut ada banyak hal yang dapat kita lakukan seperti; Berbelanja,
Mengerjakan pekerjaan, mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain games, mencari
informasi yang kita inginkan melalui situs-situs terpercaya dan bahkan
bersosialisasi melalui dunia maya dengan menggunakan aplikasi-aplikasi yang
tentunya selalu terhubung dengan kawan-kawan dan komunitas kita semisal melalui
aplikasi BBM, Whats App, Line, Facebook dan lain sebagainya serta masih banyak
lagi hal yang dapat kita lakukan dan mungkin tidak akan habis diperbincangkan
sambil meminum segelas kopi berama kolega kita.
Dengan
berbagai fitur yang penuh dengan manfaat diatas, tentunya kita tidak akan
pernah mau melewatkan perkembangan tentang dunia ini dengan tetap terhubung
dengannya.
“Wherever we go,
handphone must be with us”. Seolah dia merupakan dewa bagi para pemiliknya.
Sesuai
dengan judul di tulisan ini saya ingin memaparkan beberapa fakta bahwa secara
langsung maupun tidak langsung, keberadaan Gadget yang satu ini telah mengikis
salah satu nilai juang yang telah diwariskan oleh leluhur kita yitu
“Kebersamaan”. Berikut saya tuliskan beberapa contoh Kebersamaan yang hilang
dikarenakan keberadaan Gadget tersebut di lingkungan sekitar saya.
1.
Kebetulan Saya adalah seorang
guru sob. Untuk mengevaluasi ketuntasan belajar para siswa, saya tak jarang memberikan
penugasan kepada mereka. Di era jaman saya dulu, saat diberikan tugas tertentu
pastinya kami saling tukar pendapat, saling Tanya dan berkolaborasi untuk
memecahkan masalah yang diberikan. Namun di era gadget seperti ini nampaknya
anak-anak lebih suka asyik dengan gadget mereka sendiri dan lupa bahwa
disamping mereka ada orang lain. Serta lebih memilih Tanya kepada Google
daripada bertukar pendapat dengan teman sejawatnya.
2.
Di lembaga pemerintahan dan
umum semacam kantor kepala desa, kantor kecamatan, sekolahan pun tak luput dari
pengamatan saya. Tak jarang hamper tiap orang selalu membawa gadget mereka
kemana-mana. Hamper tiap menit setidaknya mereka membuka gadget mereka. Entah
slogan apa yang semestinya saya sematkan pada mereka. Melayani masyarakat
sambil main gadget, ataukah Main Gadget sambil Melayani masyarakat.
3.
Di fasilitas umum.
Jika tidak mau mengingkari hati nurani, pembaca sendiri
tentunya juga turut menyaksikan tukang ojek yang Main
Gadget (Apalagi Ojek Online), Sopir Bus, Para penjaga tiket masuk sebuah obyek
wisata serta para pengunjungnya yang Nampak asyik memiliki dunia sendiri.
Para penumpang kendaraan umum semacam
Bus dan Kereta api pun juga melakukan hal yang sama.
4.
Bahkan di kegiatan rapat Gaess!
Dikalan pimpinan menyampaikan hal penting malah para peserta rapat asyik
sendiri dengan game mereka.
5.
Kebetulan yang masih anget nih,
ketika saya mau membayar angsuran pinjaman ke salah satu lembaga keuangan. Saya
berkata, “Mbak/ Mas, mau memayar angsuran ini”. Malah kedua teller tersebut
saling tunjuk satu sama lain ntuk melayani saya karena sedang asyik membalas
chat dari goup kolega sekolah mereka. “(Dancok)” umpat saya. Menunjukkan
eksistensi sih boleh saja. Namun sebaiknya tidak terus menerus terlena dibuatnya.
6.
Pernah gak kalian ber reuni
ataupun halal bihalal pada saat momen hari raya. Bias tebak sendiri khan apa
aktifitas yang mendominasi para
hadirinnya.
Apa yang tertulis
di blog ini merupakan opini dan pengalaman penulis sendiri. Tidak bermaksud
mengkritik adanya moderniasi. Namun setidaknya sebagai insan bermasyarakat dan
makhluk social kita tidak lupa diri akan apa kodrat kita serta dapat dengan
bijak menggunakan salah satu icon dari modern technology tersebut.