Contoh Proposal PTK: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TEMA 1 SUBTEMA 2 KELAS IV DI SD NEGERI ANDUNGBIRU II KABUPATEN PROBOLINGGO
Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah proposal yang dibuat oleh peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di dalam kelas dengan melakukan PTK guna memperbaiki pembelajaran pada kelas yang diteliti dan meningkatkan proses belajar mengajar siswa pada kelas tertentu. Namun tidak semua kelas yang hendak di lakukan PTK, seperti halnya tadi hanya kelas kelas tertentu, misal kelas yang dianggap bermasalah, atau poses blajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau terdapat masalah lainnya.
Unsur PTK
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya yang sangat khas yaitu sebagai berikut:
1. PTK di laksanakan oleh pendidik yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut terdapat masalah
2. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di hadapi oleh guru pada kelas tersebut
3. PTK memang harus didakan karena masih banyak proses pembelajaran yang harus dimaksimalkan oleh pendidik/guru.
Contoh Proposal PTK
Berikut ini adalah Contoh Proposal PTK yang berjudul A. PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TEMA 1 SUBTEMA 2 KELAS IV DI SD NEGERI ANDUNGBIRU II KABUPATEN PROBOLINGGO . Contoh Proposal dibawah ini hanya bersifat petikan. Untuk versi lengkap atas Laporan PTK dengan judul diatas silakan Download Contoh Proposal PTK.
………………………………………………………………………..
B. LATAR BELAKANG DAN IDENTIFIKASI MASALAH
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik, salah satu permasalahan yang dihadapi pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru, pengadaan media pembelajaran seperti buku dan alat pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
Untuk itu penulis merasakan pengembangan pembelajaran perlu ditingkatkan baik dari segi perencanaan, penggunaan model, alat peraga maupun kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum serta kemampuan sikap percaya diri dan penguasaan konsep pembelajaran dengan subtema Indahnya Kebersamaan.
Secara umum di kelas IV SDN Andungbiru II dalam proses pembelajaran guru masih mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi, dan belum menggunakan model pembelajaran discovery learning. Semua itu terkendala pada metode pengajaran yang digunakan guru, maka kondisi tersebut tidak akan meningkatkan kemampuan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa secara optimal.Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran adalah keterkaitan dengan guru yang berperan sangat dominan dalam kegiatan pembelajaran (Teacher Center) sehingga siswa tidak diberikan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Guru hanya memberikan pembelajaran dan penyampaian materi dengan metode ceramah saja tanpa memperhatikan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan oleh guru masih terpaku pada metode ceramah. Guru masih bersikap malas untuk kreatif dalam pembelajaran dengan metode lain yang menunjang proses belajar mengajar. Hal tersebut menyebabkan rendahnya sikap percaya diri dan hasil belajar siswa, sehingga anak tidak mempunyai sikap percaya diri.
Selain itu aktivitas siswa tidak optimal. Hal ini terlihat siswa kurang perhatian dalam kegiatan pembelajaran, siswa memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, siswa memiliki keyakinan lemah pada kemampuan dirinya, siswa memiliki pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya, siswa cenderung malu dan takut salah dalam mengutarakan pendapatnya dalam proses pembelajaran, siswa kurang diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktip dan saling berinteraksi langsung antar teman dalam proses pembelajaran dikelas. Akibatnya hasil pembelajaran siswa pun menjadi rendah, siswa tidak bisa menerapkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan harus mampu melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan tidak menjadi beban pembangunan masyarakat, yaitu sumber daya manusia yang menjadi sumber kekuatan bagi seluruh proses pembangunan dan kehidupan masyarakat. Sekolah meberikan peran yang sangat penting sebagai dasar pembentukan sumber daya manusia bermutu sehingga anak belajar untuk mengetahui dan membangun keahlian serta membangun karakteristik mereka sebagai bekal menuju kedewasaan.
Pemilihan model pembelajaran yang ditetapkan dalam pembelajaran tematik terpadu pada kurikulum 2013 antara lain : project based learning, problem based learning, dan discovery learningdapat mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa muatan pelajaran tematik tidak selalu membosankan. Dilihat dari hasil ulangan harian, sebagian besar nilai kelas IV SD Negeri Andungbiru II masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.
Penyesuaian pendidikan dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi memerlukan tenaga pendidik yang dinamis dan kreatif. serta dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat memacu peningkatan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa dengan kehidupan sehari-hari, dan guru mampu mempergunakan model pembelajaran setiap proses pembelajaran dengan siswa, jangan sampai siswa merasakan jenuh dan bosan dengan menggunakan model yang sama setiap pembelajaran tanpa memperhatikan sikap dan hasil belajar siswa dengan subtema yang di ajarkan. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di SD Negeri Andungbiru II pada kegiatan pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran yang menarik, sehingga masih banyak siswa yang bercakap- cakap dengan teman sebangkunya, yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran. Hanya sebagian siswa yang memperhatikan yaitu siswa yang duduk di depan. Sedangkan siswa yang duduk di belakang lebih banyak bermain dengan teman sebangkunya, bahkan ada yang mengganggu teman yang lain.
Saat ditanya mengenai materi yang baru disampaikan, sebagian dari mereka tidak dapat menjawab, jika guru memberi kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan tentang materi pelajaran, tidak ada yang bertanya bahkan kelas menjadi hening. Hal tersebut membuktikan bahwa aktifitas belajar mereka masih sangat rendah. Mengamati permasalahan tersebut, peneliti akan menggunakan model pembelajaran discovery learning dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat menjadi lebih baik. Model pembelajaran yang tepat, pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, inovatif, dan menyenangkan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis merasa perlu diadakan penelitian tindakan kelas, untuk meningkatkan hasil belajar yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan minimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Andungbiru II Tahun Pelajaran 2018/2019 adalah dengan memilih menggunakan modeldiscovery learningdalam proses pembelajaran guru untuk memingkatkan hasil belajar siswa. Diharapkan dengan adanya model pembelajaran yang tepat, pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, inovatif, dan menyenangkan. Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Harapan siswa dapat memperoleh pengetahuan yang optimal melalui penemuan mereka sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan dilakukan perbaikan proses dan hasil pembelajaran maka penulis memilih model discovery learning memiliki kelebihan : pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini sangat ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. dengan menggunakan model discovery learningdiharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar. Melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran discovery learning Tema 1 Subtema 2 Pembelajaran 2 Kelas IV Di SD Negeri Andungbiru II Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diidentifikasikan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri Andungbiru II rendah.
2. Penggunaan model dan media pembelajaran yang kurang bervariasi.
3. Belum pernah menerapkan model pembelajarandiscovery learningdalam proses pembelajaran di kelas
C. RUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Belum adanya penggunaan model pembelajaran yang menarik pada siswa kelas IV di SD Negeri Andungbiru II Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo. Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah dengan menggunakan model pembelajarandiscovery learningdapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV di SD Negeri Andungbiru II Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo?
2. Bagaimana penerapan model discovery learningdapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri Andungbiru II Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo?
D. TUJUAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui model pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV di SD Negeri Andungbiru II Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo.
2. Untuk mengetahui model pembelajaran discovery learningdalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri Andungbiru II Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo.
E. MANFAAT
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengharapkan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan gambaran yang jelas tentang penggunaan model Pembelajaran discovery learningsebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa di kelas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Peningkatan hasil belajar siswa.
2. Termotivasi sehingga bersemangat dan senang dalam mengikuti proses belajar.
3. Memupuk pribadi yang aktif dan kreatif.
b. Bagi Guru
1. Sebagai referensi bagi peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya kelas IV SD Negeri Andungbiru II.
2. Model pembelajaran discovery learningakan mempermudah guru dalam mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di di SD Negeri 1 Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung.
d. Bagi Peneliti
1. Menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas.
2. Peningkatan pengetahuan dan penguasaan menggunakan model pembelajaran discovery learningpada pembelajaran tematik.
F. KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Dalam konteks pendidikan, hampir semua aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas belajar. Sumadi Suryabrata (2003:5) menjelaskan pengertian belajar dengan menidentifikasikan ciri-ciri yang disebut belajar, yaitu belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baika aktual maupun potensial, perubahan itu pada pokoknyaadalah diperolehnya kemampuan baru, yang berlaku dala waktu relatif lama, perubahan itu terjadi karena usaha. Belajar merupakan komponen dari ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan tujuan menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Sudirman (2004:380) menyatakan belajar adalah mencari makna, makna diciptakanoleh peserta didik dari apa yang mereka lihat, mereka dengar dan dari yang dirasakan dan alami, jadi belajar sangat dipengaruhi oleh pengalaman objek dengan dunia fisik dan lingkungannya. Slameto (2003:2) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Slameto (2004:5) jenis-jenis belajar sebagai berikut :
a. Belajar Bagian, dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri.
b. Belajar Dengan Wawasan, belajar seperti ini mereorganisasi pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
c. Belajar Diskriminatif, suatu usaha untuk memilih beberapa sifat dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
1.1 Teori Belajar
Teori Belajar dapat digolongkan kedalam aliran yang dianggap besar dan sangat dominan dalam memenuhi praktek pembelajaran yaitu, behavioristik, kognitifistik,humanistik,konstruktivistik, dancybernetic.
a. Teori Behavioristik
Belajar menurut pandangan Teori Behavioristik pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecendrungan untuk bertindak atau bubungan antara stimulus dan respon. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang menekankan pada terbentuknya perilaku yang nampak sebagai hasil belajar.
b. Teori Kognitifistik
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada proses belajar yang dilakukan individu. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi dan aspek kejiwaan lainnya.
c. Teori Humanistik
Teori Belajar Humanistik memandang bahwa proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Menurut teori Humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Teori belajar Humanistik cenderung bersifat eklektif dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun, asal tujuan belajar siswa tercapai. Dalam prakteknya prosesa belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungan dan dirinya sendiri.
d. Teori Konstruktivistik
Teori Konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh siswa itu sendiri. Pengetahuan ada didalam diri siswa yang sedang mengetahui. Menurut aliran konstruktivistik. pengetahuan dipahami sebagai suatu pembentukan terus menerus oleh seorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman pemahaman baru.
e. Teori Cybernetiame
Teori Cybernetisme memandang otak manusia aktif memproses informasi seperti halnya teknologi informasi atau komputer, namun manusia aktif mencari bukan hanya pasif menerima. Peserta didik menangkap rangsangan melalui panca inderanya, baik dalam bentuk objek benda, data maupun peristiwa kemudian memperhatikan atau mengabaikan, memilih sebagian atau menerima seluruhnya, dan membuat reaksi dengan membuat respons-respons. Fungsi pengajar adalah menarik perhatian peserta didik agar pikiran, fisik dan sikapnya tertuju pada materi pembelajaran yang akan dibahas. Kesiapan peserta didik untuk belajar di bangun seawwal mungkin dalam sutu proses pembelajaran.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Syaiful Sagala,2008:15). Sudjana (2004:28) pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatifantara dua pihak, yaitu antara peserta didik dan pendidikyang melakukan kegiatan pembelajaran.
Warsita (2008:85) pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.
Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. berakhirnya suatu proses pembelajaran, makas iswa akan memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupaka hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. hasil belajar merupakan hal yang tidak dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan guru.Merujuk pemikiran Gagne (dalam Suprijono Agus,2010:5) Hasil Belajar berupa :
1. Informasi verbal yaitu mengungkapkan pengetahuan dalam bentukbahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkanaktivitas kognitifnya sendiri
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakjasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkanpenilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Mulyono (2001 : 26), aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Belajar menurut Hamalik (2001 : 28), adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sedangkah Sudirman (2003 : 22) menyatakan : Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori. Jadi peniliti berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, dan nilai ulangan semester. Dalam penilaian tindakan kelas ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil nilai ulangan harian yang dilakukan setelah proses pembelajaran dalam kompetensi tertentu.
Menurut Anni (2004 : 4), hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sedangkah Hamzah (2007 : 213)menyatakan bahwa : hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) menyatakan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar.S.Nasution (Kusnandar,2010:276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hamalik (2001:30)menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan perilaku tersebut mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, efektif, dan psikomotor.
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar :
a.
|
Faktor Internal, Faktor internal yaitu faktor yang berasal
|
dari diri
|
seseoang dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. faktor-
|
faktor
| |
internal ini meliputi faktor fisiologi dan psikologi.
|
b. Faktor Eksternal, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar, pada umumnya berasal dari faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Aktifitas Belajar
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Sadirman (2003:95) prinsip belajar adalah berbuat sesuatu untuk merubah tingkah laku atau melakukan kegiatan untuk merubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas, sebab aktifitas merupakan prinsip atau asas yangs angat penting didalam interaksi belajar mengajar. Aktifitas belajar juga bersifat fisik maupun mental dan saling terkait. Nasution (2003:85) mengatakan bahwa aktifitas belajar adalah segala tringkah laku atau usaha manusia atau apa saja yang dikerjakan, diamati, oleh seseorang yang mencakup kerja pikiran dan badan. Hal ini menunjukkan bahwa semua yang dipikirkan dan dilakukan oleh siswa dalam proses belajar merupakan aktifitas.
Model Pembelajaran Discovery Learning
1. Definisi/konsep
Kaitannya dengan pendidikan, Hamalik (Takdir,2012:29) memyatakan bahwa discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual pada anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi.
Model discovery learningdidefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Ide dasar Bruner adalah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.Model Discovery Learning merupakan suatu pembelajaran dimana siswa harus berperan aktip dalam suatu pembelajaran sehingga pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri, dan siswa mampu mengetahui sendiri informasi yang sudah mereka miliki.
Model discovery learningadalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. discoverydilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Disimpulkan bahwa model discovery learningadalah suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa, sementara guru hanya sebagai pembimbing/fasilitator yang mengarahkan siswa menemukan konsep, dalil dan prosedur. Dengan teknik tersebut, siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dengan demikian, pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Metode discovery learningsebagai sebuah teori belajar dapat didefinisikan sebagai belajar yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan untuk mengorganisasi sendiri. Jadi pengertian model discovery learningyang sudah dibahas oleh para pendapat di atas yaitu suatu proses pembelajaran dimana siswa secara aktip memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, tetapi mereka menemukannya sendiri.
2.Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Discovery Learning
Kelebihan penerapan discovery learning( Kemendikbud,2013:32)
1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan- keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya .
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
4. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan gutu berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keraguan-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
11. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri
13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
14. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang
15. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
16. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
17. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
18. Dapat mengembangkan siswa belajar mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Kekurangan penerapan discovery learning( Kemendikbud,2013:32)
1. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikiran mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2. Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang tarkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama
4. Pengajaran dengan modeldiscovery learninglebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5. Pada beberapa disiplin ilmu, kurang fasilitas untuk mengukur gagas yang dikemukakan oleh para siswa.
6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
Langkah-langkahPenerapan Model Discovery Learning
Discovery learning adalah suatu model untuk mengambanfgkan cara belajar siswa aktif dengan menenemukan sendiri, menyelediki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan.
Menurut Syah (2004:224) dalam mengaplikasikandiscovery learningdi kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut :
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah ada persiapan pemecahan masalah.
2. Problem Statement (Pernyataan/Identitas Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah), Syah (2004:244)
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis, Syah (2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)berbagai informasi yang relevan, membaca literatur.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Semua informasi hasil bacaan diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processingdisebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi pada pembentukan konsep dan generalisasi.
5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikaan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan data hasil processing, Syah (2004:244). Verificationmenurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
6. Generalisation (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan verifikasi, Syah (2004:244). Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Penelitian yang relevan
Hasil penelitian yang terdahulu yang relevan oleh
1. Mardika, Bella (2015) dalam skripsinya dengan judul PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 KOTA BARU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015menyimpulkan bahwa penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik terpadu pada siswa kelas II SD Negeri 1 Kota Baru Bandar.
2. Yuniar, Yesi (2015) dalam skripsinya dengan judul PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 BRANTI RAYA KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN, menyimpulkan bahwa penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian ini berupa input, proses, dan output. Input dari penelitian ini yaitu guru belum optimal dalam penggunaan variabel model pembelajaran yang dapat melatih siswa belajar secara mandiri untuk menemukan suatu konsep ataupun prinsip. Penggunaan model pembelajaran belum optimal , guru lebih mengutamakan pemberian pengetahuan secara informatif saja dan kurang memberikan ruang yang bebas bagi siswa untuk melkukan penyelidikan serta mengembangkan cara berfikir objektif dan kritis analitis. Kurangnya pemerataan kesempatan untuk menyampaikan pendapat mengakibatkan siswa yang antusias menjadi berkurang, siswa juga kurang diberikan ruang untuk mengemukakan gagasannya secara bebas dan tidak merangsang siswa untuk memberikan jawaban yang beragam. Hal menunjukkan bahwa dalam pembelajaran yang sesuai dengan penelitian ini adalah dengan menggunakan modeldiscovery learning. Model ini sangat menarik perhatian siswa sehingga menentukan hubungan interaksi sosial yang sudah dimiliki anak dalam lingkungan sehari-hari sertadapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari uraian di atas, maka dapat divisualisasikan dalam bentuk kerangka fikir, Secara skematis, kerangka pikir dapat disajikan sebagai berikut :
Download Contoh Proposal PTK
Untuk unduh atau Download Contoh Proposal PTK ini secara lengkap silakan klik tautan dibawah ini:
Demikian Contoh Proposal PTK yang berjudul A. PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TEMA 1 SUBTEMA 2 KELAS IV DI SD NEGERI ANDUNGBIRU II KABUPATEN PROBOLINGGO semoga dapat sobat unduh atau Download semoga bermanfaat.
Artikel Menarik Lainnya