Contoh Proposal PTK: Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model Think Pair Share Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas III SDN Dungun 1 Kecamatan Tongas
Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah proposal yang dibuat oleh peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di dalam kelas dengan melakukan PTK guna memperbaiki pembelajaran pada kelas yang diteliti dan meningkatkan proses belajar mengajar siswa pada kelas tertentu. Namun tidak semua kelas yang hendak di lakukan PTK, seperti halnya tadi hanya kelas kelas tertentu, misal kelas yang dianggap bermasalah, atau poses blajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau terdapat masalah lainnya.
Contoh Proposal PTK: Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model Think Pair Share Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas III SDN Dungun 1 Kecamatan Tongas |
Unsur PTK
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya yang sangat khas yaitu sebagai berikut:
1. PTK di laksanakan oleh pendidik yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut terdapat masalah
2. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di hadapi oleh guru pada kelas tersebut
3. PTK memang harus didakan karena masih banyak proses pembelajaran yang harus dimaksimalkan oleh pendidik/guru.
Contoh Proposal PTK
Berikut ini adalah Contoh Proposal PTK yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model Think Pair Share Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas III SDN Dungun 1 Kecamatan Tongas . Contoh Proposal dibawah ini hanya bersifat petikan. Untuk versi lengkap atas Laporan PTK dengan judul diatas silakan Download Contoh Proposal PTK.
………………………………………………………………………..
A. JUDUL : PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SDN DUNGUN 1 KECAMATAN TONGAS
B. LATAR BELAKANG DAN IDENTIFIKASI MASALAH:
Tujuan dari kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat berbangsa,dan bernegara dan peradapan dunia. Adapun tujuan dari kurikulum bahasa Indonesia adalah pengembangan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia meliputi ketrampilan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis secara seimbang. Tujuan sebagaimana di atas pada hakikatnya di sesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Seiring dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut, maka siswa pada tingkat sekolah dasar di harapkan mampu atau menguasai keempat ketrampilan bahasa secara aktif dan intregatif dengan menggunakan komponen bahasa yang komunikatif dan benar, sehingga secara tidak langsung kemampuan dan penguasaan bahasa dapat menjawab tantangan ke depan yaitu era globalisasi.
Namun pada kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa rata-rata masih rendah. Rendahnya kemampuan menulis disebabkan karena guru kurang memberi kesempatan siswa dalam menulis atau mengarang. Kurangnya porsi pembelajaran untuk menulis atau mengarang membuat siswa jarang untuk berlatih dan tugas untuk mengarang juga jarang diberikan. Kalaupun ada tugas menulis itupun hanya menyalin ulang tulisan di papan tulis. Akibatnya kemampuan dan kreativitas menulis siswa tidak dapat berkembang.
Hal tersebut pun juga dialami olah siswa kelas III SDN Dungun 1, Kecamatan Tongas dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan dalam menulis dengan baik dan benar. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis narasi sesuai gambar dari 40 siswa yang mendapat nilai sesai KKM hanya 40% atau 16 siswa saja. Sedangkan 60% atau sekitar 24 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Hal tersebut dikarenakan belum terciptanya kebiasaan menulis.
Terkait dengan fenomena tersebut, beberapa faktor yang menjadi penyebab belum sampainya target yang diharapkan pendidik dengan kondisi siswa dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Guru belum dapat menyajikan model pembelajaran menulis bahasa Indonesia secara aktif, kreatif dan integratif.
b. Kurangnya wawasan dan pengetahuan guru tentang menulis sebuah naskah karangan.
c. Pembelajaran yang di lakukan oleh guru kurang bervariasi sehingga siswa kurang termotivasi untuk menerapkannya.
d. Kurang beraninnya siswa mencoba menulis narasi.
e. Metode pembelajaran yang di sampaikan guru terlalu monoton.
f. Kurangnya kosa kata yang di miliki oleh siswa.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa kiprah guru dalam pembelajaran masih belum dapat mengupayakan ketrampilan menulis secara proporsional, sehingga banyak siswa Sekolah Dasar (SD) masih lemah dalam menulis narasi. Berdasarkan kenyataan di lapangan dan permasalahan sebagaimana di atas, maka peneliti mencoba mengadakan sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) untuk mengatasi masalah yang di hadapi, khususnya tentang keterampilan menulis. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bersama kolaborator menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menulis narasi dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model Think Pair Share Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas III SDN Dungun I, Kecamatan Tongas”
C. RUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH:
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana proses pembelajaran menulis narasi melalui model pembelajaran Think Pair Share dengan media gambar pada siswa kelas III SDN Dungun I, Kecamatan Tongas?
b. Bagaimana model pembelajaran Think Pair Share dengan media gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis pada siswa kelas III SDN Dungun I, Kecamatan Tongas?
2. Pemecahan Masalah
Alternatif tindakan yang dapat dilakukan sesuai rumusan masalah di atas adalah:
Dengan menerapkan langkah-langkah model TPS yang dikembangkan oleh peneliti, adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi tentang menulis narasi
2. Siswa memperhatikan gambar yang digunakan pada pembelajaran
3. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 anggota
4. Guru memberikan suatu permasalahan, yaitu setiap kelompok diminta untuk mengamati dan mengurutkan gambar sehingga terbentuk susunan cerita yang urut
5. Siswa secara berkelompok saling mengutarakan hasil pemikiran dan menuliskan hasil pemikiran dalam lembar kerja
6. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas
7. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi
8. Setiap kelompok membagi anggotanya menjadi berpasangan
9. Siswa berlatih menulis karangan narasi secara berpasangan
10. Siswa membuat karangan narasi secara individu dalam lembar evaluasi
11. Guru memberikan umpan balik
D. TUJUAN
1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran menulis narasi melalui model Think Pair Share dengan media gambar pada siswa kelas III SDN Dungun I, Kecamatan Tongas
2. Untuk mendeskripkan peningkatan kemampuan menulis narasi melalui model Think Pair Share dengan media gambar pada siswa kelas III SDN Dungun I, Kecamatan Tongas
E. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis :
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
2. Sebagai acuan dalam kegiatan penelitian khususnya dalam penelitian pembelajaran menulis narasi
2. Manfaat Praktis :
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
Meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis narasi, meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta meningkatkan pengetahuan siswa.
2. Bagi Guru
Meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, menambah wawasan untuk menerapkan model-model pembelajaran inovatif, serta meningkatkan profesionalisme guru.
3. Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, menciptakan siswa dan guru yang unggul dalam kualitas, serta memberikan inovasi baru demi kemajuan dan prestasi sekolah.
F. KAJIAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
1.1 Hakikat Bahasa
Menurut Keraf (2004: 1), bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa merupakan sistem bunyi yang sistematis dan bermakna yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi, bekerjasama, berintegrasi dan mengaktualisasikan diri (Gani, 2014: 2). Gani (2014: 3) berpendapat bahwa fungsi bahasa antara lain sebagai alat komunikasi, alat mengekspresikan diri, alat kontrol sosial, alat untuk berpikir, alat untuk berintegrasi dan beradaptasi sosial. Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampialn menulis (Tarigan,2008: 1). Setiap keterampilan berhubungan erat dengan keterampilan lainnya. Keempat keterampilan tersebut adalah satu kesatuan yang merupakan catur-tunggal (Tarigan: 2008: 1). Berdasarkan uraian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi. Dalam penggunaan bahasa diperlukan empat keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Menurut Gagne (dalam Anni, 2011: 192) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan siswa memperoleh informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rusman (2012: 134) berpendapat bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Tujuan pembelajaran bahasa adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa, baik aktif maupun pasif serta lisan maupun tulis (Gani, 2014: 219). Selain itu, Ngalimun (2014: 40) berpendapat bahwa pembelajaran kebahasaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa, mempertajam kepekaan perasaan siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta memperluas wawasan. Keterampilan berbahasa dapat diperoleh dan dikuasai dengan praktik dan latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 2008: 1). Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2006: 124). Kemampuan berbahasa secara dasar harus dimiliki siswa melalui mata pelajaran bahasa Indonesia sejak di bangku sekolah dasar. Hal ini bertujuan agar siswa dapat terampil dalam berbahasa secara tulis maupun lisan, serta dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
1.3 Keterampilan Menulis
1.3.1 Pengertian Menulis
Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa menulis pada hakikatnya ialah
melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang untuk dibaca orang lain yang dapat memahami bahasa dan lambang-lambang grafis. Suparno dan M. Yunus (2008: 1.3), berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Selain itu, Semi (2007: 14) mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Berdasarkan beberapa pengertian menulis yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti berpendapat bahwa menulis merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan pesan kepada pihak lain dalam bentuk tulisan.
1.3.2 Menulis Karangan
Salah satu materi dalam pembelajaran keterampilan menulis adalah menulis karangan. Menulis karangan merupakan salah satu indikator yang diturunkan dari kompetensi dasar dalam standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa kelas III. Terdapat tiga komponen yang tergabung dalam keterampilan menulis yaitu penguasaan bahasa tulis, penguasaan isi karangan dan penguasaan tentang jenis-jenis karangan. Perencanaan karangan terdiri atas tiga tahapan, yaitu prapenulisan, penulisan dan pasca penulisan. Pada tahap prapenulisan, penulis mempersiapkan bahan-bahan yang akan dijadikan tulisan pada tahap berikutnya. Persiapan tulisan meliputi penentuan tema, tujuan penulisan, masalah yang akan dibahas dan penyusunan kerangka karangan (Gani, 2014: 153). Pada tahap penulisan, penulis mengembangkan kerangka yang telah dibuat. Selanjutnya, penulis memilih bentuk karangan yang akan ditulis dan mengungkapkan pikiran dan perasaan berbentuk tulisan yang logis, sistematis, efektif dan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar (Gani, 2014: 154). Tahap selanjutnya yaitu, pasca penulisan. Pada tahap ini penulis memperbaiki kesalahan yang timbul. Kesalahan yang timbul dapat berupa kesalahan mengetik, salah membuat kalimat maupun membuat paragraf. Penulis dapat menambah referensi dan merevisi sehingga menjadi tulisan yang baik (Gani, 2014: 154). Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam menulis karangan harus melalui tahap-tahap penulisan dan memperhatikan tata tulis sehingga
menjadi karangan yang baik.
1.3.3 Menulis Narasi
Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu
peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, urutan, langkah atau rangkaian terjadinya sesuatu hal (Saddhono, 2014: 157). Menurut Finoza (2005: 202), narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindakan perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu. Karangan narasi terdiri dari dua jenis yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan memberikan informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Contoh narasi ekspositoris yaitu kisah perjalanan, dan otobiografi. Sedangkan narasi sugestif yaitu narasi yang menyampaikan makna tulisan dengan menimbulkan daya khayal pembaca. Contoh narasi sugestif yaitu cerita pendek dan novel (Finoza, 2005: 202). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang teks narasi, peneliti berpendapat bahwa narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berupa rangkaian peristiwa atau kejadian secara kronologis yang terjadi dalam satu kesatuan waktu sehingga pembaca tampak melihat atau mengalami peristiwa tersebut. Jenis karangan narasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah narasi ekspositoris.
1.4 Model Pembelajaran TPS
TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (Hamdayama, 2013:201). TPS merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain (Shoimin, 2014: 208).
1.4.1 Langkah-langkah TPS
Langkah- langkah model TPS menurut Aqib (2014: 24) adalah:
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru
c. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebangku dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap pasangan mengemukakan hasil diskusinya
e. Guru memberi kesimpulan
f. Penutup
Langkah-langkah model pembelajaran TPS menurut Shoimin (2014: 211) adalah sebagai berikut:
a. Think (Berpikir)
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran. Pertanyaan ini akan merangsang siswa untuk berpikir.
b. Pair (Berpasangan)
Pada tahap ini guru meminta siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru
c. Share (Berbagi)
Pada tahap ini siswa melaporkan hasil diskusinya di depan kelas.
Selain itu, Ngalimun (2014: 169) berpendapat bahwa langkah-langkah model TPS adalah:
a. Guru menyajikan materi klasikal dan memberikan persoalan kepada siswa
b. Siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan (think-pair)
c. Presentasi kelompok (share)
d. Kuis individual
e. Buat skor perkembangan tiap siswa
f. Guru mengumumkan hasil kuis
g. Guru memberikan reward
Langkah- langkah model TPS menurut Suprijono (2009: 91) adalah:
a. Pembelajaran diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait
dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. (thinking)
b. Guru meminta peserta didik berpasangan. Guru memberi kesempatan kepada
setiap pasangan untuk berdiskusi (pairing)
c. Hasil diskusi pada setiap pasangan disampaikan kepada pasangan yang lain
(sharing)
1.4.2 Kelebihan dan Kelemahan TPS
Setiap model pembelajaran memiliki memiliki kelebihan dan kelemahan, demikian pula dengan TPS. TPS memiliki beberapa kelebihan yaitu: (1) TPS mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan (2) waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respon siswa (3) siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran (4) siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi (5) siswa dapat belajar dari siswa lain (6) setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan berbagi atau menyampaikan idenya. Kekurangan model TPS yaitu: (1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor (2) lebih sedikit ide yang muncul (3) jika ada perselisihan tidak ada penengah. (Shoimin: 2014: 212).
1.5 Media Pembelajaran
1.5.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2014: 6). Media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada siswa (Aqib, 2014: 50).
Menurut Hamdani (2011: 248), media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Media visual: dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan
b. Media audio: mengandung pesan bentuk auditif (didengar) merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa mempelajari bahan ajar.
c. Media audio visual: kombinasi audio dan visual atau media pandang-dengar.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang media pembelajaran diatas, peneliti berpendapat media pembelajaran merupakan alat yang dapat berupa audio, visual, maupun audio visual yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa, dan harus bersifat efektif dan efisien agar pesan dari guru tersampaikan dengan baik kepada siswa.
1.5.2 Media Gambar
Media gambar termasuk dalam kategori media visual. Media gambar merupakan media sederhana, mudah dalam pembuatannya dan murah harganya (Hamdani, 2011:263). Menurut Sadiman (2014: 31) ada beberapa syarat gambar yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran antara lain: (1) gambar yang ditampilkan sesuai tujuan pembelajaran (2) gambar melukiskan sesuatu seperti terlihat sebenarnya (3) gambar memperlihatkan aktivitas tertentu. Beberapa kelebihan media gambar antara lain: (1) bersifat konkret, yang artinya
lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan verbal, (2) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu (3) gambar mudah didapat (Sadiman, 2014:31). Selain itu, Hamdani (2011: 263) berpendapat bahwa media gambar memiliki kelemahan antara lain (1) hanya menekankan persepsi indera mata, (2) benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan belajar mengajar (3) ukurannya sangat terbatas, tidak memadai untuk kelompok besar.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan prinsip-prinsip dalam penggunaan media gambar sebagai berikut:
a. Media gambar dapat terlihat dengan jelas oleh siswa
b. Media gambar dibuat dengan baik, jelas dan hendaknya berwarna sehingga dapat menarik perhatian siswa.
c. Memiliki suatu tema yang sesuai dengan kompetensi dalam kurikulum.
1.6 Penerapan Model TPS dengan Media Gambar dalam Pembelajaran Menulis Narasi
TPS terdiri dari tiga langkah yaitu thinking, pairing dan sharing. “Thinking”, berarti pembelajaran diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Selanjutnya “pairing” yaitu guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangannya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas, tahap ini disebut “sharing” (Suprijono, 2009: 91). Sadiman (2014: 31) menyatakan bahwa, kelebihan media gambar antara lain: (1) bersifat konkret atau realitas (2) dapat mengatasi batas ruang dan waktu (3) dapat mengatasi keterbatasan pengalaman siswa (4) dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja. Berdasarkan ulasan di atas, peneliti menggunakan langkah-langkah penerapan model TPS berbantuan media gambar yang dikembangkan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi tentang menulis narasi
2. Siswa memperhatikan gambar yang digunakan pada pembelajaran
3. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 anggota
4. Guru memberikan suatu permasalahan, yaitu setiap kelompok diminta untuk mengamati dan mengurutkan gambar sehingga terbentuk susunan cerita yang urut
5. Siswa secara berkelompok saling mengutarakan hasil pemikiran dan menuliskan hasil pemikiran dalam lembar kerja
6. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas
7. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi
8. Setiap kelompok membagi anggotanya menjadi berpasangan
9. Siswa berlatih menulis karangan narasi secara berpasangan
10. Siswa membuat karangan narasi secara individu dalam lembar evaluasi
11. Guru memberikan umpan balik
2. Kerangka Berpikir
Permasalahan
Proses pembelajaran:
Proses pembelajaran dilaksanakan secara klasikal
Siswa:
1. Siswa kurang memiliki tanggungjawab untuk memahami materi pelajaran
2. Siswa kurang berani untuk menyampaikan pertanyaan
3. Siswa belum terbiasa untuk
Hasil belajar:
Hasi keterampilan menulis narasi siswa masih rendah
Pemecahan Masalah
Melalui model Think Pair Share dengan media gambar
Hipotesis
1. Proses pembelajaran meningkat
2. Aktivitas siswa meningkat
3. Keterampilan menulis narasi siswa meningkat
G. METODE PENELITIAN
a. Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Dungun I Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa yang duduk di Kelas III pada Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 sejumlah 40 siswa, yang terdiri dari laki-laki 18 dan perempuan 22.
b. Tempat Penelitian
Tempat dipilih dengan tujuan untuk memudahkan penulis untuk mengadakan tindakan perbaikan pembelajaran yaitu tempat dimana peneliti mengajar di SDN Dungun I Jl. Raya Bayeman, Dusun Dungun Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo
c. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester I, Tahun Ajaran 2018/2019.
d. Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengacu pada tahapan penelitian tindakan kelas yang menggunakan dua siklus, tiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu menyusun rancangan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi atau pengamatan (observing) dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai peningkatan
Download Contoh Proposal PTK
Untuk unduh atau Download Contoh Proposal PTK ini secara lengkap silakan klik tautan dibawah ini:
Demikian Contoh Proposal PTK yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model Think Pair Share Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas III SDN Dungun 1 Kecamatan Tongas semoga dapat sobat unduh atau Download semoga bermanfaat.
Artikel Menarik Lainnya