Contoh Proposal PTK: Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Bilangan Bulat Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN Sumbermujur 5 Lumajang
Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah proposal yang dibuat oleh peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di dalam kelas dengan melakukan PTK guna memperbaiki pembelajaran pada kelas yang diteliti dan meningkatkan proses belajar mengajar siswa pada kelas tertentu. Namun tidak semua kelas yang hendak di lakukan PTK, seperti halnya tadi hanya kelas kelas tertentu, misal kelas yang dianggap bermasalah, atau poses blajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau terdapat masalah lainnya.
Contoh Proposal PTK: Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Bilangan Bulat Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN Sumbermujur 5 Lumajang
Unsur PTK
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya yang sangat khas yaitu sebagai berikut:
1. PTK di laksanakan oleh pendidik yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut terdapat masalah
2. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di hadapi oleh guru pada kelas tersebut
3. PTK memang harus didakan karena masih banyak proses pembelajaran yang harus dimaksimalkan oleh pendidik/guru.
Contoh Proposal PTK
Berikut ini adalah Contoh Proposal PTK yang berjudul PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SDN SUMBERMUJUR 5 LUMAJANG . Contoh Proposal dibawah ini hanya bersifat petikan. Untuk versi lengkap atas Laporan PTK dengan judul diatas silakan Download Contoh Proposal PTK.
………………………………………………………………………..
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal bagi siswa yang bertugas menghantarkan perkembangan siswa secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghantarkan perkembangan siswa adalah dengan mewujudkan prestasi belajar siswa, antara lain prestasi belajar matematika.
Hasil belajar siswa sering dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain dari faktor internal siswa, juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu dari luar. Dalam pelajaran matematika tidak dapat segera dikuasai hanya dengan mendengarkan saja, karena pelajaran matematika banyak membawa siswa kealam berfikir abstrak. Siswa pada usia sekolah dasar dalam memahami konsep-konsep matematika masih sangat memerlukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata (pengalaman-pengalaman konkret) yang dapat diterima akal mereka. Dengan demikian sangat diperlukan kualitas guru dalam mengajar, terutama dalam menggunakan metode dan media mengajar yang baik sesuai dengan kompetensi dasar serta tingkat kelas siswa, sehingga hasil belajar dapat selalu meningkat dan lebih maju. Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika di SD adalah penggunakan media/alat peraga yang kurang sesuai dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penelitian ini akan membahas penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan metode demonstrasi terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk itu peneliti merumuskan judul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Bilangan Bulat Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN Sumbermujur 5 Lumajang”. Adapun yang menjadi alasan peneliti memilih judul tersebut adalah sebagai berikut :
a. Siswa kurang paham benar tentang konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan siswa pada semester I pada Th. Pelajaran 2018-2019 pada pokok bahasan bilangan bulat. Dari 20 siswa hanya 6 anak yang mendapatkan nilai di atas KKM (70), selebihnya yaitu 14 anak mendapatkan nilai di bawah KKM. Berarti 70 % siswa belum tuntas dalam pembelajaran ini.
b. Selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran. Siswa kurang antusias untuk mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang memuaskan.
c. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti berupaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui metode demonstrasi dengan bantuan media permen kerikil. Melalui pembelajaran ini siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Dari pemaparan tersebut sangat jelas bahwa penelitian ini sangat penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan oleh peneliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
- Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan metode demonstrasi ?
- Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan metode demonstrasi?
1.3 Pemecahan masalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, peneliti mencoba mengetengahkan salah satu bentuk pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam penyampaian pembelajaran ini peneliti menggunakan media/alat peraga berupa permen kerikil dalam penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Sumbermujur 5, dengan urutan pembelajarannya sebagai berikut:
- Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (berpasangan dalam satu bangku), setelah itu siswa diminta keluar untuk mencari kerikilsebanyak 10 butir per kelompok.
- Guru membagikan 10 permen kepada tiap kelompok.
- Guru memperagakan permen kerikil itu untuk menjumlah dua bilangan bulat.
- Siswa diberi lembar tugas untuk dikerjakan dengan cara memperagakan permen kerikil itu sebagai alat untuk menjawab lembar tugas tersebut.
- Guru mengamati proses penggunaan permen kerikil itu untuk menjawab tugas yang telah diberikan. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa disuruh memperagakan hasil kerjanya di depan kelas, begitu seterusnya sampai siswa terampil menggunakan permen kerikil itu untuk menjumlah dua bilangan bulat.
- Pada akhir pengajaran, guru mengadakan tanya jawab agar siswa terampil menggunakan permen kerikil itu sebagai alat bantu untuk menjumlah dua bilangan bulat sekaligus sebagai alat evaluasi .
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemecahan masalah yang direncanakan tujuan yang hendak dicapai adalah:
- Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan aktivitas belajar siswa dalam mengerjakan bilangan bulat dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas IV.
- Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa dalam mengerjakan bilangan bulat dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas IV.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman guru dalam menggunakan metode demonstrasi dengan media permen kerikil.
Manfat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi semua pihak, antara lain:
1. Manfaat Praktis Bagi Sekolah
Sekolah dapat mengupayakan peningkatan kualitas pembelajaran matematika melalui penerapan Media permen kerikil dan memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya memperbaiki pembelajaran matematika di sekolah dasar untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan media inovatif di sekolah.
2. Manfaat Praktis Bagi Guru
Dengan menerapkan pembelajaran menjumlah dua bilangan bulat didukung oleh penggunaan media permen kerikil guru mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang media pembelajaran, dapat meningkatkan perilaku pembelajaran guru dalam mengajar, dan juga dapat menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan menyenangkan.
3. Manfaat Praktis Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran penjumlahan dua bilangan bulat.
b. Dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa pada materi penjumlahan dua bilangan bulat
c. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi penjumlahan dua bilangan bulat.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Teori Pembelajaran Matematika
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, simbul serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika di sekolah begitu sangat penting karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya fikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis analisis, sistematis, kritis dan kreatif dimasa depan, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna.
Gagne dan Briggs (Gredler, 1991 : 205) melukiskan pembelajaran sebagai upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar secara lebih terinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai “Seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal”.
Hampir sama dikemukakan oleh Corey (Miarso, dkk. 1977 : 195) bahwa pembelajaran adalah “Suatu proses dimana lingkungan seseorang, secara dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi – kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran merupakan sub-set khusus pendidikan.”
Hakekat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman matematika. Unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses. Proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran. Siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan matematika di sekolah sebagai obyek yang dipelajari, dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pembelajaran.
Tujuan matematika sekolah, khususnya di sekolah dasar ialah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan konsep dan mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah sehari-hari.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memcahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menjelaskan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan dan memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika.
Hasil pembelajaran matematika menampakkan kemampuan berfikir yang matematis dalam diri sendiri.
Bruner seorang ahli psikoligi (1915) telah mempelopori aliran psikologis kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Menurut Bruner (dalam Hudoyo 1990 : 48) belajar matematika adalah belajar menangani konsep – konsep dan struktur – struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep – konsep dan struktur – struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keterangan dengan cara mengotak – atik bahan – bahan yang berhubungan dengan keterangan intuitif yang sudah dimiliki siswa.
Edwar (1874-1949) mengemukakan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan sebutan Law of Effect. Jadi belajar akan lebih berhasil bila diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Maka dari itu perkembangan konsep matematika menurut Djenes (dalam Resmick, 1981 : 120) dapat dicapai melalui pola berkelanjutan. Permainan dalam pembelajaran matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan menunjukkan aturan secara konkret dan lebih membimbing serta memajukan pengertian matematika untuk anak didik Sekolah Dasar.
2.2 Hasil Belajar
Hasil belajar atau prestasi belajar menurut Djaja Badjuri dalam (Udin S. Winataputra, 2005 : 2.5) berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Peserta didik yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana proses mental dan emosional terjadi.
Djadja Badjuri (dalam Udin S. Winataputra, 2005 : 2.6) mengemukakan bahwa belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Menurut Mulyani Sumantri (1999:18) hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Menurut Nana Sudjana (2005:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima pengalaman belajar. Bentuk-bentuk hasil belajar siswa Sekolah Dasar dapat berupa kebiasaan, keterampilan, himpunan tanggapan, hafalan, kemampuan menganalisis, dan sikap serta rujukan nilai.
Berdasarkan dari teori-teori hasil belajar di atas pengertian hasil belajar atau prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil dari suatu proses interaksi terhadap semua yang ada di sekitar individu dengan cara melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Hasil belajar tersebut sebagai akibat hubungan guru dengan siswa untuk mengembangkan diri secara bebas, dalam dalam pembentukan memori dan pembentukan pemahaman pada diri siswa.
2.3 Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan – tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan sesuatu cara dengan cara yang lain atau untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Sumantri dan Permana (1998 / 1999) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara pengajuan pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
Digunakannya metode demonstrasi tujuannya adalah :
1. Mengerjakan sesuatu proses atau prosedur yang harus dikuasai siswa.
2. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
3. Mengembangkan kemampuan pengamatan siswa.
Alasan penggunaan metode demonstrasi antara lain yaitu :
1. Kelebihan metode demonstrasi dari metode lain yaitu :
a. Pelajaran menjadi lebih jelas, lebih konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme.
b. Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemonstrasikan itu.
c. Proses pembelajaran akan sangat menarik sebab siswa tidak hanya mendengarkan tetapi juga melakukan peristiwa yang terjadi.
d. Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri
e. Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.
2. Langkah-langkah yang diterapkan dalam metode demonstrasi :
Langkah
|
Aktivitas Guru
|
Aktivitas Siwa
|
I
|
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
|
Mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan Guru.
|
II
|
Menyiapkan alat dan bahan yang akan didemonstrasikan
|
Membaca sekilas materi yang ada dalam buku.
|
III
|
Menyampaikan cara dan aturan penggunaan alat peraga.
|
Mendengarkan penjelasan guru.
|
IV
|
Meminta beberapa siswa untuk mendemonstrasikan alat peraga yang sudah dicontohkan oleh guru.
|
Mendemonstrasikan alat peraga yang sudah dicontohkan oleh guru.
|
V
|
Meminta siswa membentuk beberapa kelompok.
|
Membentuk beberapa kelompok.
|
VI
|
Memberikan tugas kepada kelompok siswa.
|
Mengerjakan tugas kelompok dengan menggunakan alat peraga yang sudah dibagikan oleh guru.
|
VII
|
Membahas tugas kelompok bersama siswa.
|
Bersama guru membahas tugas kelompok.
|
2.5 Aktivitas Siswa
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.
2.6 Alat Peraga
Alat peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu istilah media perlu dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat peraga lebih lanjut. Media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud perangkat lunak, maupun perangkat keras. Berdasarkan fungsinya media pengajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana.
Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Elly Estiningsih, 1994). Alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika (Djoko Iswadji, 2003:1). Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang, diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut. Sebagai contoh, benda-benda konkret di sekitar siswa seperti buah-buahan, pensil, buku, dan sebagainya. Dengan benda-benda tersebut siswa dapat membilang banyaknya anggota dari kumpulan suatu benda sampai menemukan bilangan yang sesuai pada akhir membilang. Contoh lainnya, model-model bangun datar, bangun ruang dan sebagainya. Dari segi pengadaannya alat peraga dapat dikelompokan sebagai alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga sederhana biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat sendiri. Sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya tinggi. Sarana merupakan media pengajaran yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan kegiatan belajar. Seperti halnya alat peraga, sarana juga dapat berupa perangkat keras dan lunak. Contoh sarana yang berupa perangkat keras: papan tulis, penggaris, jangka, kartu permainan, dan sebagainya. Sedangkan contoh sarana yang berupa perangkat lunak antara lain: lembar kerja (LK), lembar tugas (LT), aturan permainan dan lain sebagainya.
Kadang-kadang suatu media dapat berfungsi ganda, pada saat tertentu berfungsi sebagai alat peraga dan pada saat yang lain dapat berfungsi sebagai sarana berfungsi sebagai alat peraga ketika digunakan untuk mengenalkan lambang bilangan, namun pada saat digunakan dalam perlombaan untuk menutup atau memasangkan dengan kartu bilangan lain yang senilai, maka kartu tersebut berfungsi sebagai sarana belajar. Oleh Karena itu penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika diperlukan teknik yang tepat, yaitu dengan mempertimbangkan waktu penggunaan dan tujuan yang akan dicapai.
2.7 Konsep / Materi
Untuk memahami suatu konsep matematika anak masih memerlukan bantuan juga memerlukan motivasi belajar siswa, tanpa adanya motivasi belajar maka hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal.
Materi yang diajarkan yaitu penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Anak masih kurang paham dan merasa kesulitan dalam mengerjakan operasi hitung bilangan bulat seperti :
1) Bilangan bulat positif ditambah bilangan bulat positif, contoh 9 + 7 = 16
2) Bilangan bulat positif ditambah bilangan bulat negatif, contoh 4 + (-5) = -1
3) Bilangan bulat positif dikurangi bilangan bulat positif, contoh -7 + 3 = - 4
4) Bilangan bulat positif dikurangi bilangan bulat negatif, contoh 9 – (-1) = 10
5) Bilangan bulat negatif dikurangi bilangan bulat negatif, contoh -5 – (-3) = -2
Dalam mengerjakan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif peserta didik sudah mampu dan dapat mengerjakan dengan baik. Contoh soal No. 1 sampai No. 3 tetapi bila dihadapkan soal no. 4 dan no. 5 peserta didik merasa kurang mampu dan bingung mengerjakannya. Disinilah guru berperan memberi stimulus pada peserta didik mengajak mereka untuk berfikir agar nantinya mereka benar-benar paham. Agar peserta didik senang dalam pelajaran ini maka kita mengajak anak untuk belajar sambil bermain.
2.8 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “ Jika dalam melaksanakan materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat guru menggunakan metode demonstrasi dengan media permen kerikil, maka hasil belajar siswa akan meningkat.
Download Contoh Proposal PTK
Untuk unduh atau Download Contoh Proposal PTK ini secara lengkap silakan klik tautan dibawah ini:
Demikian Contoh Proposal PTK yang berjudul PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SDN SUMBERMUJUR 5 LUMAJANG semoga dapat sobat unduh atau Download semoga bermanfaat.
Artikel Menarik Lainnya