Contoh Proposal PTK: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TENTANG KONSEP IPA SUMBER ENERGI DAN PENGGUNANNYA MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS IV SDN KARANGANYAR 2
Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah proposal yang dibuat oleh peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di dalam kelas dengan melakukan PTK guna memperbaiki pembelajaran pada kelas yang diteliti dan meningkatkan proses belajar mengajar siswa pada kelas tertentu. Namun tidak semua kelas yang hendak di lakukan PTK, seperti halnya tadi hanya kelas kelas tertentu, misal kelas yang dianggap bermasalah, atau poses blajar mengajar kelas tersebut tidak optimal atau terdapat masalah lainnya.
Contoh Proposal PTK: PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TENTANG KONSEP IPA SUMBER ENERGI DAN PENGGUNANNYA MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS IV SDN KARANGANYAR 2 |
Unsur PTK
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya yang sangat khas yaitu sebagai berikut:
1. PTK di laksanakan oleh pendidik yaitu guru/pengajar, apa bila dalam kelas tersebut terdapat masalah
2. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan bahwa memang benar masalah yang di hadapi oleh guru pada kelas tersebut
3. PTK memang harus didakan karena masih banyak proses pembelajaran yang harus dimaksimalkan oleh pendidik/guru.
Contoh Proposal PTK
Berikut ini adalah Contoh Proposal PTK yang berjudul PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TENTANG KONSEP IPA SUMBER ENERGI DAN PENGGUNANNYA MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS IV SDN KARANGANYAR 2 . Contoh Proposal dibawah ini hanya bersifat petikan. Untuk versi lengkap atas Laporan PTK dengan judul diatas silakan Download Contoh Proposal PTK.
………………………………………………………………………..
Berdasarkan observasi, wawancara dan angket yang disebarkan peneliti di kelas IV SDN Karanganyar 2 Tahun Pelajaran 2018 / 2019, yang terdiri dari 6 orang peserta didik, didapat suatu kesimpulan bahwa pelajaran IPA adalah pelajaran yang kurang menarik.
Alasan yang peneliti diperoleh saat wawancara, sebagian siswa berpendapat bahwa IPA itu kurang menarik karena tanpa melakukan percobaan. Sebagian lain ada yang mengemukakan alasan bahwa cara guru menyampaikan pelajaran sulit diterima dan lain sebagainya. Dari berbagai alasan yang dikemukakan oleh peserta didik maka peneliti menganalisis dan menyimpulkan bahwa kesulitan siswa dalam pembelajaran disebabkan oleh kurangnya keterlibatannya mental peserta didik dalam pembelajaran karena guru mengajar hanya menggunakan metode ceramah.
Melalui penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan menerapkan metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sumber energi dan cara kegunaannya, sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.
Pembelajaran dengan metode inkuiri adalah satu pilar penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan atau inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman, dan dilakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsi-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga menemukan jawaban. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki ketrampilan berfikir kritis karena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi.
Pengajaran berbasis inkuiri membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi Sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Inkuiri adalah ilmu dan seni bertanya serta menjawab. Inkuiri melibatkan observasi dan pengukuran pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan penguji model. Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi dan pengenalan akan keunggulan dan kelemahan metode-metodenya sendiri.
Berdasarkan penelitian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “ Upaya meningkatkan aktivitas dan memahami konsep IPA tentang sumber energi dan penggunaannya melalui metode inkuiri di kelas IV SDN Karanganyar 2 Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2018/2019”
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dihadapi di kelas IV SDN Karanganyar 2 Kecamatan Klabang Kabupaten tahun pelajaran 2018 / 2019 adalah rendahnya prestasi belajar IPA khususnya pada materi sumber energi dan cara penggunaannya. Secara rinci permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan seperti di bawah ini.
a. Bagaimanakah meningkatkan pemahaman konsep IPA tentang sumber energi dan cara penggunaannya melalui metode percobaan (inkuiri) di kelas IV SDN Karanganyar 2 Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso ?
b. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang sumber energi dan cara penggunaannya melalui metode percobaan (inkuiri) di kelas IV SDN Karanganyar 2 Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso ?
B. Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan oleh peneliti dengan tujuan :
1. Meningkatkan pemahaman konsep IPA tentang sumber energi dan cara penggunaannya melalui metode inkuiri di kelas IV SDN Karanganyar 2 Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso.
2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang sumber energi dan cara penggunaannya melalui metode inkuiri di kelas IV SDN Karanganyar 2 Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain, yaitu :
1. Manfaat Teoretis:
Secara teoretis penelitian ini dapat dijadikan acuan pendapat untuk memperkuat teori yang sudah ada. Misalnya teori tentang pendekatan terpadu dalam pembelajaran IPA.
2. Manfaat Praktis:
Secara praktis hasil penelitian tindakan kelas ini akan bermanfaat untuk siswa, guru, dan lembaga pendidikan yang terkait.
a. Bagi Siswa:
Penelitian ini akan memotivasi siswa untuk aktif, kreatif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran IPA. Yang utama penelitian ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Bagi Guru:
Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat untuk materi pembelajaran IPA. Penelitian ini merupakan pemicu semangat guru untuk meningkatkan profesionalisme dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan penelitian ini pula, guru akan mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada dalam kegiatan pembelajarannya. Apabila terdapat kelebihan dalam kegiatan pembelajarannya, guru dapat berusaha untuk meningkatkannya serta guru dapat memperbaikinya.
c. Bagi Lembaga Pendidikan yang terkait:
Penelitian ini secara umum dapat meningkatkan mutu pembelajaran kelas IV SDN Karanganyar 2 Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso tahun pelajaran 2018 / 2019. Secara khusus dapat meraih prestasi dalam mengikuti lomba bidang studi khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
D. KAJIAN PUSTAKA
I. METODE INKUIRI
Pengertian Metode Inkuiri
Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu pilar penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Bruner (1966), penganjur pembelajaran dengan basis inkuiri, menyatakan idenya sebagai berikut : “ Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasiikan perpustakaan hidup tentang bahan kajian, tatapi lebih ditujukan untuk membuat siswa berpikir untuk diri mereka sendiri, meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka turut mengambil bagian dalam proses mendapatkan pengetahuan. Mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk ” (Nur & Wikandari, 2000:10). Belajar dengan penemuan dapat diterapkan dalam banyak mata pelajaran.
Sebagai contoh, siswa diberi sederet silinder dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Siswa diminta untuk menggelindingkan silinder tersebut pada suatu bidang miring. Bila percobaan itu dilakukan dengan benar, siswa akan dapat menemukan prinsip-prinsip utama yang menentukan kecepatan silinder tersebut.
1. Keuntungan menggunakan pendekatan inkuiri
Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga menemukan jawaban. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi.
Pengajaran berbasis inkuiri membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya serta menjawab. Inkuiri melibatkan observasi dan pengukuran pembuatan hipotesis dan intepretasi, pembentukan model dan pengujian model. Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi dan pengenalan akan keunggulan dan kelemahan metode - metodenya sendiri.
Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat mengajukan pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaannya bersifat open-ended memberi kesempaan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri dan mencari jawaban sendiri (tetapi tidak hanya satu jawaban yang benar).
Inkuiri dibuat oleh para ilmuwan. Para ilmuwan melakukan inkuiri dengan cara formal dan sistematis. Dalam proses melakukan inkuiri para ilmuwan membedakan kontribusi pada tubuh informasi yang bersifat kolektif yang disebut pengetahuan. Dalam proses mengalami ilmu melalui inkuiri, siswa belajar bagaimana menjadi ilmuwan. Mereka belajar lebih dari sekedar konsep dan fakta. Mereka mempelajari berbagai proses yang terlibat dalam pemantapan konsep dan fakta.
2 Manfaat inkuiri bagi siswa
Inkuiri memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif kepada siswa. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan. Inkuiri memungkinkan siswa dalam berbagai tahap perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan talentanya masing-masing
Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika siswa melakukan eksplorasi, mereka akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains dan matematika, ilmu social, bahasa, seni, dan teknik. Inkuiri melibatkan pula komunikasi. Siswa harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka harus melaporkan hasil-hasil temuannya secara lisan atau tertulis. Dengan begitu, mereka belajar dan mengajar satu sama lain. Inkuiri memungkinkan guru mempelajari siswa-siswanya –siapa mereka, apa yang mereka ketahui dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman guru tentang siswa akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator yang lebih efektif dalam proses pencarian ilmu.
Ketika guru menggunakan teknik inkuiri, guru tidak boleh banyak bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu banyak bertanya, dan terlalu banyak menjawab akan mengurangi proses belajar siswa melalui inkuiri. Dengan demikian, proses belajar tidak akan lagi menyenangkan. Dalam proses inkuiri, siswa dituntut untuk bertanggung jawab pada pendidikan mereka sendiri. Guru yang menaruh pemahanan pada pribadi siswa, akan menemukan kegiatan-kegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal baik yang ada dalam diri siswa-siswanya dan kesulitan-kesulitan yang mengganggu siswa dalam proses belajar. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.
Beberapa siklus inkuiri adalah :
1) Observasi (Observation),
2) Bertanya (Questioning),
3) Mengajukan dugaan (Hipothesis),
4) Pengumpulan data (Data gathering), dan
5) Penyimpulan (Conclusion).
Inkuiri dimulai dengan observasi yang menjadi dasar pemunculan
berbagai pertanyaan yang diajukan siswa. Jawaban terhadap pertanyaantersebut dikejar dan diperoleh melalui siklus pembuatan prediksi, perumusan hipotesis, pengembangan cara-cara pengujian hipotesis, pembuatan observasi lanjutan, penciptaan teori dan model-model konsep yang didasarkan pada data dan pengetahuan. Inkuiri menciptakan berbagai kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa bekerja. Guru dapat memanfaatkannya untuk menentukan situasi-situasi belajar yang tepat dan memfasilitasi siswa dalam proses pencarian ilmu.
3. Inkuiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Dalam proses inkuiri siswa balajar dan dilatih bagaimana harus berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan salah satu tujuan pendidikan. Ketika siswa belajar berpikir kritis, mereka akan memperlihatkan pikiran-pikiran dan proses-proses sebagai berikut :
a. Mengajukan pertanyaan seperti “Bagaimana itu kita tahu?” atau “Apa buktinya?”.
b. Mengetahui perbedaan antara observasi dan kesimpulan.
c. Mengetahui bahwa semua gagasan ilmiah dapat berubah dan teori-teori yang ada adalah teori-teori yang terbaik berdasarkan bukti yang dimiliki sejauh ini.
d. Mengetahui bahwa diperlukan bukti yang cukup untuk menarik kesimpulan yang kuat.
e. Memberi penjelasan atau interpretasi, melakukan observasi dari/atau prediksi.
f. Selalu mencari konsistensi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang diambil dan memberikan penjelasan dengan rasa percaya diri.
Salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau yang diyakini. Belajar berpikir kritis memerlukan latihan. Siswa dapat diberikan sejumlah dilema (dua pilihan yang sulit), argumen (alasan) logis dan tidak logis (masuk akal), iklan yang valid dan menyesatkan, dan sebagainya. Pengajaran efektif tentang berpikir kritis bergantung pada penataan suasana kelas yang mendorong penerimaan pandangan yang berbeda dan diskusi bebas. Tatanan itu seharusnya lebih menekankan pada pemberian alasan atau pandangan daripada hanya memberikan jawaban benar. Keterampilan berpikir kritis paling baik dicapai bila dihubungkan dengan topik-topik yang dikenal siswa. Tujuan pengajaran berpikir kritis adalah menciptakan semangat berpikir kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pikiran mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru.
1. Keterampilan berpikir kritis
Beyer (1988:57) mengidentifikasi 10 keterampilan berpikir kritis yang dapat digunakan siswa untuk misalnya mempertimbangkan keabsahan tuntutan atau argument, memahami periklanan, dan sebagainya.
1) Membedakan fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya dan tuntutan nilai-nilai yang sulit diuji kebenarannya.
2) Membedakan antara informasi, tuntutan, atau alasan yang relevan dan yang tidak relevan.
3) Menentukan kecermatan faktual (kebenaran) dari suatu pernyataan.
4) Menentukan kredibilitas (dapat dipercaya) suatu sumber.
5) Mengidentifikasi tuntutan atau argumen yang mendua.
6) Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan.
7) Mendeteksi bias (menemukan penyimpangan).
8) Mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan logika.
9) Mengenali ketidakkonsistenan logika dalam suatu alur penalaran.
10) Menentukan kekuatan argumen atau tuntutan.
Bayer mengingatkan bahwa 10 keterampilan berpikir kiritis itu bukan urutan langkah-langkah tetapi lebih merupakan daftar cara yang dapat dilakukan. Dengan cara-cara itu, siswa dapat menangani informasi untuk mengevaluasi, apakah informasi itu benar atau masuk akal. Tugas utama mengajarkan berpikir kritis kepada siswa adalah membantu menggunakan tiap-tiap strategi berpikir kritis, tetapi juga menyampaikan kapan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu cocok untuk dipakai.
2. Inkuiri juga berhubungan secara tidak langsung dengan intelegensi
Proses inkuiri tidak dapat dipisahkan dari konsep berpikir kritis. Konsep berpikir kritis tidak dapat pula dipisahkan dan konsep inteligensi. Inteligensi bukan sesuatu yang hanya dapat diukur dengan tes. Bukan pula sesuatu yang semata-mata pembawaan genetis secara lahiriah. Howard Gardner (1983) menunjukkan bahwa inteligensi dapat diubah. “An intelligensi is the ability to solve problems, or to create products, that are valued between one or more cultural settings” (Johnson, 2002:141). Inteligensi tidak dapat dipisahkan dari konteks di mana manusia itu hidup dan berkembang.
Menurut Gardner, inteigensi tidak dilahirkan, tetapi dapat berkembang atau berkurang, bergantung pada lingkungan atau konteks seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah teman, guru, orangtua, buku, alat-alat belajar (pena, komputer, kegiatan-kegiatan fisik, musik) dan hal- hal lain yang mencapai otak melalui panca indra.
Dengan menggunakan kriteria khusus untuk mengidentifikasi konsep inteligensi, Gardner mengusulkan delapan jenis inteligensi, yakni: linguistic, logical-mathemaical, musical, spatial, bodily-kinestietic, interpersonal intra-personal, dan naturalist. Jenis pekerjaan dan aktivitas yang dapat dikembangkan untuk kedelapan jenis intelegensi ini dapat dicontohkan : (l)linguistis: wartawan, reporter, politikus atau penulis: (2) logis-matemacis: ahli fisika, neurolog, atau insinyur: (3) spasial: pelukis, interior decorator, atau pemain tenis; (4) bodily-kinestietic: penari balet, pemain golf, pembalap, atau petinju: (5) musik: pengarang lagu, penyanyi, atau organis/pianis; (6) interpersonal: hakim, salesperson, atau guru: (7) intrapersonal: biarawan/rohaniawan, pujangga, atau ahli iimu jiwa/psikolog; dan (8) naturalist: ahli botani, ahli kebun binatang, atau ahli pertamanan. Kedelapan jenis intelegensi ini telah mengilhami para pendidik untuk mengajar dengan mengacu pada salah satu dari delapan jenis inteligensi tersebut. “Hundreds, perhaps thousands, of classrooms around the world rely today on Gardnery theory of multiple intelligences to help students realize their latent potential” (Johnson, 2002: 141).
Apakah kelas berfokus pada siswa yang kurang mampu atau kelas yang siswa-siswanya berbakat. Para pendidik akan melihat manfaat mengajar yang sesuai dengan cara-cara untuk mencapai berbagai jenis intelegensi yang dikemukakan Gardner . Setiap siswa mampu mengembangkan setiap jenis intelegensi di atas dengan asumsi bahwa siswa belajar dalam suatu lingkungan belajar yang kaya yang memungkinkan mereka menghubungkan makna dengan konteks. “CTL`s components work together to provide this rich environment, offering -students many opportunities to ignite the eight multiple intelligences” (Amstrong, 1994:35). Guru CTL menyadari dan menghargai bahwa setiap anak memiliki derajat yang berbeda dalam hal inteligensi. Dan CTL sebagai suatu sistem holistik berhubungan dengan kedelapan inteligensi yang dibawa setiap anak pada lingkungan belajar.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini di SD Karanganyar 2 kelasIV Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso, sekolah ini termasuk lingkungan pinggiran desa. Namun demikian, masih berada di lingkungan pedesan.
2. Kondisi Lokasi
Kelas yang digunakan untuk mengadakan PTK adalah kelas IV Ruang kelas ini menghadap ke barat dan depan kelas tersebut terdapat halaman tempat upacara bendera. Ruang kelas ini cukup luas dengan panjang 7 meter dan lebar 7 meter. Berlantai keramik warna putih. Langit-langit terbuat dari internet bercat putih .
3. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan pada siswa kelas IV dimulai bulan Nopember hingga Desember 2018 atau selama dua bulan.
Pada bulan-bulan tersebut peneliti mulai aktif di lapangan. Secara rinci kegiatan penelitian tindakan kelas ini disusun jadwal kegiatan seperti berikut ini.
Download Contoh Proposal PTK
Untuk unduh atau Download Contoh Proposal PTK ini secara lengkap silakan klik tautan dibawah ini:
Demikian Contoh Proposal PTK yang berjudul PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TENTANG KONSEP IPA SUMBER ENERGI DAN PENGGUNANNYA MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS IV SDN KARANGANYAR 2 semoga dapat sobat unduh atau Download semoga bermanfaat.
Artikel Menarik Lainnya